Kamis, 28 Maret 2013

Proses Penyulingan Minyak Atsiri




Banyaknya kekayaan hayati Indonesia menjadikan semakin berkembang ide-ide untuk meningkatkan nilai jual produk tanaman terutama tanaman penghasil minyak atsiri (essential oil). Di Indonesia telah dikenal sekitar 40 jenis tanaman penghasil minyak atsiri yang bisa di komersialkan, tapi baru sebagian saja yang telah digunakan sebagai sumber minyak atsiri secara komersil.
Proses untuk mendapatkan minyak atsiri dikenal dengan cara menyuling atau destilasi terhadap tanaman penghasil minyak.
Didunia komersil, metode destilasi/penyulingan minyak atsiri dapat dilakukan dengan 3 cara, antara lain :
1.                  Penyulingan dengan sistem rebus (Water Distillation) 
2.                  Penyulingan dengan air dan uap (Water and Steam Distillation)
3.                  Penyulingan dengan uap langsung (Direct Steam Distillation)
Penerapan penggunaan metode tersebut didasarkan atas beberapa pertimbangan seperti jenis bahan baku tanaman, karakteristik minyak, proses difusi minyak dengan air panas, dekomposisi minyak akibat efek panas, efisiensi produksi dan alasan nilai ekonomis serta efektifitas produksi.
Berikut ini akan saya bahas masing-masing metode penyulingan diatas :

Penyulingan dengan sistem rebus (Water Distillation)

Cara penyulingan dengan sistem ini adalah dengan memasukkan bahan baku, baik yang sudah dilayukan, kering ataupun bahan basah ke dalam ketel penyuling yang telah berisi air kemudian dipanaskan. Uap yang keluar dari ketel dialirkan dengan pipa yang dihubungkan dengan kondensor. Uap yang merupakan campuran uap air dan minyak akan terkondensasi menjadi cair dan ditampung dalam wadah. Selanjutnya cairan minyak dan air tersebut dipisahkan dengan separator pemisah minyak untuk diambil minyaknya saja. Cara ini biasa digunakan untuk menyuling minyak aromaterapi seperti mawar dan melati. Meskipun demikian bunga mawar, melati dan sejenisnya akan lebih cocok dengan sistem enfleurasi, bukan destilasi.
Yang perlu diperhatikan adalah ketel terbuat dari bahan anti karat seperti stainless steel, tembaga atau besi berlapis aluminium.

Penyulingan dengan air dan uap (Water and Steam Distillation)
Penyulingan dengan air dan uap ini biasa dikenal dengan sistem kukus. Cara ini sebenarnya mirip dengan system rebus, hanya saja bahan baku dan air tidak bersinggungan langsung karena dibatasi dengan saringan diatas air.
Cara ini adalah yang paling banyak dilakukan pada dunia industri karena cukup membutuhkan sedikit air sehingga bisa menyingkat waktu proses produksi. Metode kukus ini biasa dilengkapi sistem kohobasi yaitu air kondensat yang keluar dari separator masuk kembali secara otomatis ke dalam ketel agar meminimkan kehilangan air. Bagaimanapun cost produksi juga diperhitungkan dalam aspek komersial. Disisi lain, sistem kukus kohobasi lebih menguntungkan oleh karena terbebas dari proses hidrolisa terhadap komponen minyak atsiri dan proses difusi minyak dengan air panas. Selain itu dekomposisi minyak akibat panas akan lebih baik dibandingkan dengan metode uap langsung (Direct Steam Distillation).

Penyulingan dengan uap langsung (Direct Steam Distillation)

Pada sistem ini bahan baku tidak kontak langsung dengan air maupun api namun hanya uap bertekanan tinggi yang difungsikan untuk menyuling minyak. Prinsip kerja metode ini adalah membuat uap bertekanan tinggi didalam boiler, kemudian uap tersebut dialirkan melalui pipa dan masuk ketel yang berisi bahan baku. Uap yang keluar dari ketel dihubungkan dengan kondensor. Cairan kondensat yang berisi campuran minyak dan air dipisahkan dengan separator yang sesuai berat jenis minyak. Penyulingan dengan metode ini biasa dipakai untuk bahan baku yang membutuhkan tekanan tinggi pada proses pengeluaran minyak dari sel tanaman, misalnya gaharu, cendana, dll.

Beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan pada proses destilasi antara lain :

Bahan baku (Raw material)
Pilih bahan baku yang jelas mempunyai randemen minyak tinggi. Pengukuran rendemen minyak dilakukan di laboratorium atau bisa juga dilakukan sendiri dengan alat Stahl Distillation. Sebelum disuling bahan baku harus dirajang dahulu untuk mempermudah keluarnya minyak yang berada di ruang antar sel dalam jaringan tanaman.
Tentukan juga perlakuan awal raw material, apakah bahan basah, layu atau kering. Ini sangat penting karena setiap bahan baku memerlukan penenangan yang berbeda. Sebagai contoh perlakuan nilam sebaiknya dalam keadaan kering dengan kadar air antara 22-25%. Jika yang masuk ketel adalah nilam basah membutuhkan waktu destilasi lebih lama, akibatnya cost produksi menjadi lebih besar.

Alat Penyulingan
Untuk mendapatkan produk minyak atsiri yang berkualitas, gunakan alat yang tidak bereaksi/menimbulkan kontaminasi terhadap produk minyak. Material yang baik adalah dengan glass/pyrex dan stainless steel. Untuk material glass hanya mampu untuk skala laboratorium, sedang skala industri biasa digunakan stainless steel.
Jenis material stainlees steel mulai dari yang paling bagus antara lain :
1.                  Material Pharmaceutical Grade (SUS 316)
2.                  Material Food Grade (SUS 314)
3.                  Material Mild Mild Steel Galvanized
4.                  Material Mild Steel
Untuk keperluan destilasi minyak atsiri biasa digunakan material food grade.
Perlu diperhatikan juga penggunaan jacket ketel atau sekat kalor jika proses penyulingan berada didaerah dingin seperti di pengunungan, ini dimaksudkan agar mengurangi kehilangan kalor panas.
Jangan lupa dipasang juga accessories control dan safety device yang minimal berupa thermometer, manometer tekanan (pressure gauge) dan safety valve untuk alat destilasi yang menggunakan boiler.

Condensor (Pendingin)
Alat ini digunakan untuk kondensasi (mengembunkan) uap yang keluar dari ketel. Prinsip kerja alat adalah merubah fase uap menjadi fase cair karena pertukaran kalor pada pipa pendingin. Pada alat berskala laboratorium bisa menggunakan condensor lurus (liebig), sedang untuk skala industri harus menggunakan kondensor yang lebih besar. Kondensor untuk skala produksi berbahan stainless dalam bentuk pipa spiral agar kontak dengan air pendingin lebih lama dan area perpindahan kalor juga lebih panjang.

Separator (Pemisah Minyak)
Alat ini berfungsi untuk memisahkan minyak atsiri dengan air berdasarkan perbedaan berat jenis. Separator untuk alat suling sistem kukus kohobasi tersedia 2 macam yaitu untuk minyak dengan density (massa jenis) rendah dan minyak density tinggi.

Receiver Tank (Tangki Penampung)
Digunakan untuk menampung minyak atsiri, bisa dari bahan glass atau stainless steel. Untuk bahan glass, gunakan botol gelap agar minyak terhindar dari masuknya sinar matahari langsung sehingga tidak menurunkan grade minyak.
http://lansida.blogspot.com/2010/12/proses-penyulingan-minyak-atsiri.html


Sekilas Tentang Minyak Atsiri

Kata minyak atsiri tentulah bukan hal yang asing didengar. Banyak orang merasa pernah mendengar kata tersebut. Namun, sayangnya sering mendengar belum tentu mengetahui dan memahami tentang hal tersebut. Maka, kali ini kita akan mencoba mengenal lebih jauh apa itu minyak atsiri dan kegunaannya dalam kehidupan.

Sebenarnya apakah minyak atsiri itu? Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils, etherial oils, atau volatile oils adalah komoditi ekstrak alami dari jenis tumbuhan yang berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga (Sianipar, Mindo, 2008). Dengan melihat dari nama julukannya, maka dapat disimpulkan bahwa minyak atsiri merupakan essential atau etherial oils, yaitu minyak yang ditambahkan sebagai wangi-wangian atau pengharum; dan volatile oils, yaitu minyak yang memiliki sifat mudah menguap. Dari sifatnya yang volatil inilah, minyak atsiri secara umum banyak digunakan sebagai bahan baku parfum atau minyak wangi, kosmetik, aromaterapi, desinfektan, dan obat-obatan (minyak angin dan lain sebagainya). Dalam industri pangan, minyak atsiri juga digunakan sebagai konsentrat untuk bahan tambahan penyedap dan penambah cita rasa (flavor) makanan.
Jenis minyak atsiri dinamakan berdasarkan nama tanaman asal minyak tersebut diambil. Proses pengambilan minyak ini umumnya menggunakan cara penyulingan atau distilasi. Berikut ini beberapa macam minyak atsiri murni maupun campuran antara beberapa jenis minyak atsiri yang sering digunakan secara umum di sekitar kita.
·                     Minyak kayu putih (cajuput oil)

Minyak kayu putih dihasilkan dari penyulingan daun dan ranting pohon kayu putih (Melaleuca leucadendra). Minyak kayu putih banyak dimanfaatkan dalam bidang pengobatan, yakni sebagai minyak balur dan penghangat atau sebagai aromaterapi.
·                     Minyak cendana (sandalwood oil)

Kayu pohon cendana yang terkenal beraroma wangi diolah dan disuling, maka akan diperoleh minyak cendana. Minyak cendana murni memiliki harga jual yang sangat mahal karena kayunya kini mulai langka. Kegunaan dari minyak cendana adalah sebagai aromaterapi dan bahan baku pembuatan parfum.
·                     Minyak kenanga (ylang-ylang oil)

Bagian tumbuhan yang diambil untuk dijadikan minyak kenanga adalah bagian bunganya. Namun, kenanga yang dimaksud bukan kenanga biasa yang umumnya banyak terdapat di Indonesia, tetapi jenis kenanga filipina (ylang-ylang). Pada umumnya penggunaan minyak kenanga berkisar pada industri kosmetik dan sebagai bibit minyak wangi.
·                     Minyak cengkih (eugenol oil)

Minyak cengkih diperoleh dari bagian buah dan bunganya. Zat eugenol yang terkandung dalam tanaman asli Indonesia ini memiliki fungsi anestetik dan antimikroba, sehingga minyak cengkih sering digunakan sebagai penghilang bau mulut dan dimanfaatkan dalam pengobatan sakit gigi.
·                     Minyak telon
·                     Minyak telon merupakan minyak yang terbuat dari campuran tiga jenis minyak atsiri, yaitu minyak adas, minyak kayu putih, dan minyak kelapa. Campuran terdiri dari komposisi yang berbeda-beda, dimana fungsi minyak kelapa adalah sebagai pelarut (solven). Namun, seiring dengan semakin banyaknya jenis minyak atsiri baru yang ditemukan, komposisinya pun berubah dengan ditambahkannya jenis minyak atsiri lain atau dengan mengganti minyak kelapa dengan minyak lain. Minyak telon umumnya digunakan untuk menghangatkan tubuh bayi.
Jenis minyak atsiri yang disebutkan di atas hanyalah sepersekian dari berbagai macam minyak atsiri yang telah diperdagangkan di dunia. Dengan melihat potensi keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia, maka minyak atsiri pun menjadi salah satu komoditi ekspor yang sangat menjanjikan karena keberadaannya yang penting dan sangat dibutuhkan dalam perdagangan dan perindustrian baik skala nasional maupun internasional. Hal ini juga didukung adanya peluang dari 70 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan secara internasional, 40 jenis di antaranya dapat diproduksi di Indonesia. Oleh karena itu, melalui minyak atsiri inilah saatnya kita mengenalkan potensi alam Indonesia kepada dunia internasional sekaligus menambah devisa negara dari ekspor minyak atsiri.
Sumber :
http://minyakatsiriindonesia.wordpress.com/