A. PENGAWETAN MAKANAN
Pengawetan makanan adalah cara yang digunakan
untuk membuat makanan memiliki daya simpan yang lama dan
mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia makanan
Dalam
mengawetkan makanan harus diperhatikan jenis bahan makanan yang diawetkan,
keadaan bahan makanan, cara pengawetan, dan daya tarik produk pengawetan
makanan. Teknologi pengawetan makanan yang
dikembangkan dalam skala industri masa kini
berbasis pada cara-cara tradisional yang
dikembangkan untuk memperpanjang masa konsumsi bahan makanan.
Sejak
manusia dapat berbudidaya tanaman dan hewan,
hasil produksi panen
menjadi berlimpah.Namun bahan-bahan tersebut ada yang cepat busuk,
makanan yang disimpan dapat menjadi rusak, misalnya karena oksidasi atau benturan. Contohnya lemak
menjadi tengik karena mengalami reaksi oksidasi radikal bebas. Untuk menangani hal
tersebut, manusia melakukan pengawetan pangan, sehingga bahan makanan dapat dikonsumsi kapan
saja dan dimana saja, namun dengan batas kadaluarsa,
dan kandungan kimia dan bahan makanan dapat dipertahankan.Selain itu,
pengawetan makanan juga dapat membuat bahan-bahan yang tidak dikehendaki
seperti racun alami dan sebagainya dinetralkan atau
disingkirkan dari bahan makanan
B. TUJUAN PENGUNAAN BTP ( Bahan Tambahan Pengawet )
1. Untuk mempertahankan konsistensi produk.
Emulsifier memberikan tekstur produk berbentuk emulsi atau suspensi yang konsisten dan mencegah pemisahan fasa air dengan fasa lemak suatu emulsi atau pemisahan fasa cair dan fasa padat suatu suspensi. Penstabil dan pengental menghasilkan tekstur yang lembut dan homogen pada pangan tertentu.
2. Untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi.
Vitamin dan mineral yang ditambahkan ke dalam pangan seperti susu, tepung, serelia lain dan margarin untuk memperbaiki kekurangan zat tersebut dalam diet seseorang atau mengganti kehilangannya selama proses pengolahan pangan. Fortifikasi dan pengayaan pangan semacam ini telah membantu mengurangi malnutrisi dalam populasi masyarakat Amerika. Semua pangan yang mengandung nutrien yang ditambahkan harus diberi label yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku secara internasional atau sesuai ketentuan masing-masing negara.
3. Untuk mempertahankan kelezatan dan kesehatan (wholesomeness) pangan.
Pengawet menahan kerusakan pangan yang disebabkan oleh kapang, bakteria, fungi atau khamir. Kontaminasi bakteria dapat menyebabkan penyakit yang dibawa makanan (food born illness) termasuk botulism yang membahayakan kehidupan.
Antioksidan adalah pengawet yang mencegah terjadinya bau yang tidak sedap. Antioksidan juga mencegah potongan buah segar seperti apel menjadi coklat bila terkena udara.
4. Mengembangkan atau mengatur keasaman/kebasaan pangan.
Bahan pengembang yang melepaskan asam bila dipanaskan bereaksi dengan baking soda membantu mengembangkan kue, biskuit dan roti selama proses pemanggangan. Pengatur keasaman/kebasaan membantu memodifiksi keasaman/kebasaan pangan agar diperoleh bau, rasa dan warna yang sesuai.
5. Untuk menguatkan rasa atau mendapatkan warna yang diinginkan.
Berbagai jenis bumbu dan penguat rasa sintetik atau alami memperkuat rasa pangan. Sebaliknya warna memperindah tampilan pangan tertentu untuk memenuhi ekspektasi konsumen.
Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan pengawet
Pengawetan pangan disamping berarti penyimpanan juga memiliki 2 (dua) maksud yaitu
(1) menghambat pembusukan dan
(2) menjamin mutu awal pangan agar tetap terjaga selama mungkin.
Penggunaan pengawet dalam produk pangan dalam prakteknya berperan sebagai antimikroba atau antioksidan atau keduanya. Jamur, bakteri dan enzim selain penyebab pembusukan pangan juga dapat menyebabkan orang menjadi sakit, untuk itu perlu dihambat pertumbuhan maupun aktivitasnya.
Jadi, selain tujuan di atas, juga untuk memelihara kesegaran dan mencegah kerusakan makanan atau bahan makanan. Beberapa pengawet yang termasuk antioksidan berfungsi mencegah makanan menjadi tengik yang disebabkan oleh perubahan kimiawi dalam makanan tersebut.
Peran sebagai antioksidan akan mencegah produk pangan dari ketengikan, pencoklatan, dan perkembangan noda hitam. Antioksidan menekan reaksi yang terjadi saat pangan menyatu dengan oksigen, adanya sinar, panas, dan beberapa logam.
1. Untuk mempertahankan konsistensi produk.
Emulsifier memberikan tekstur produk berbentuk emulsi atau suspensi yang konsisten dan mencegah pemisahan fasa air dengan fasa lemak suatu emulsi atau pemisahan fasa cair dan fasa padat suatu suspensi. Penstabil dan pengental menghasilkan tekstur yang lembut dan homogen pada pangan tertentu.
2. Untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi.
Vitamin dan mineral yang ditambahkan ke dalam pangan seperti susu, tepung, serelia lain dan margarin untuk memperbaiki kekurangan zat tersebut dalam diet seseorang atau mengganti kehilangannya selama proses pengolahan pangan. Fortifikasi dan pengayaan pangan semacam ini telah membantu mengurangi malnutrisi dalam populasi masyarakat Amerika. Semua pangan yang mengandung nutrien yang ditambahkan harus diberi label yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku secara internasional atau sesuai ketentuan masing-masing negara.
3. Untuk mempertahankan kelezatan dan kesehatan (wholesomeness) pangan.
Pengawet menahan kerusakan pangan yang disebabkan oleh kapang, bakteria, fungi atau khamir. Kontaminasi bakteria dapat menyebabkan penyakit yang dibawa makanan (food born illness) termasuk botulism yang membahayakan kehidupan.
Antioksidan adalah pengawet yang mencegah terjadinya bau yang tidak sedap. Antioksidan juga mencegah potongan buah segar seperti apel menjadi coklat bila terkena udara.
4. Mengembangkan atau mengatur keasaman/kebasaan pangan.
Bahan pengembang yang melepaskan asam bila dipanaskan bereaksi dengan baking soda membantu mengembangkan kue, biskuit dan roti selama proses pemanggangan. Pengatur keasaman/kebasaan membantu memodifiksi keasaman/kebasaan pangan agar diperoleh bau, rasa dan warna yang sesuai.
5. Untuk menguatkan rasa atau mendapatkan warna yang diinginkan.
Berbagai jenis bumbu dan penguat rasa sintetik atau alami memperkuat rasa pangan. Sebaliknya warna memperindah tampilan pangan tertentu untuk memenuhi ekspektasi konsumen.
Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan pengawet
Pengawetan pangan disamping berarti penyimpanan juga memiliki 2 (dua) maksud yaitu
(1) menghambat pembusukan dan
(2) menjamin mutu awal pangan agar tetap terjaga selama mungkin.
Penggunaan pengawet dalam produk pangan dalam prakteknya berperan sebagai antimikroba atau antioksidan atau keduanya. Jamur, bakteri dan enzim selain penyebab pembusukan pangan juga dapat menyebabkan orang menjadi sakit, untuk itu perlu dihambat pertumbuhan maupun aktivitasnya.
Jadi, selain tujuan di atas, juga untuk memelihara kesegaran dan mencegah kerusakan makanan atau bahan makanan. Beberapa pengawet yang termasuk antioksidan berfungsi mencegah makanan menjadi tengik yang disebabkan oleh perubahan kimiawi dalam makanan tersebut.
Peran sebagai antioksidan akan mencegah produk pangan dari ketengikan, pencoklatan, dan perkembangan noda hitam. Antioksidan menekan reaksi yang terjadi saat pangan menyatu dengan oksigen, adanya sinar, panas, dan beberapa logam.
C.
CARA PENGAWETAN
Cara pengawetan bahan makanan dapat
disesuaikan dengan keadaan bahan makanan, komposisi bahan makanan, dan tujuan dari pengawetan. Secara
garis besar ada dua cara dalam mengawetkan makanan, yaitu fisik serta biologi
dan kimia.
1. Fisik
Pengawetan
makanan secara fisik merupakan yang paling bervariasi jenisnya, contohnya
adalah:
- pemanasan. Teknik ini dilakukan untuk bahan padat, namun tidak efektif untuk bahan yang mengandung gugus fungsional, seperti vitamin dan protein.
- pendinginan. Dilakukan dengan memasukkan ke lemari pendingin, dapat diterapkan untuk daging dan susu.
- pengasapan. Perpaduan teknik pengasinan dan pengeringan, untuk pengawetan jangka panjang, biasa diterapkan pada daging.
- pengalengan. Perpaduan kimia (penambahan bahan pengawet) dan fisika (ruang hampa dalam kaleng).
- pembuatan acar. Sering dilakukan pada sayur ataupun buah.
- pengentalan dapat dilakukan untuk mengawetkan bahan cair
- pengeringan, mencegah pembusukan makanan akibat mikroorganisme, biasanya dilakukan untuk bahan padat yang mengandung protein dan karbohidrat
- pembuatan tepung. Teknik ini sangat banyak diterapkan pada bahan karbohidrat
- Irradiasi, untuk menghancurkan mikroorganisme dan menghambat perubahan biokimia
2. Biologi dan kimia
Pengawetan
makanan secara biologi dan kimia secara umum ditempuh dengan penambahan senyawa
pengawet, seperti:
- penambahan enzim, seperti papain dan bromelin
- penambahan bahan kimia, misalnya asam sitrat, garam, gula.
- pengasinan, menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk makanan
- pemanisan, menaruh dalam larutan dengan kadar gula yang cukup tinggi untuk mencengah kerusakan makanan
- pemberian bahan pengawet, biasanya diterapkan pada bahan yang cair atau mengandung minyak. Bahan pengawet makanan ada yang bersifat racun dan karsinogenik. Bahan pengawet tradisional yang tidak berbahaya adalah garam seperti pada ikan asin dan telur asin, dan sirup karena larutan gula kental dapat mencegah pertumbuhan mikroba.Kalsium propionat atau natrium propionat digunakan untuk menghambat pertumbuhan kapang, asam sorbat menghambat pertumbuhan kapang dalam keju, sirup dan buah kering
D.
PRINSIP PENGAWETAN
Prinsip
pengawetan pangan ada tiga, yaitu:
- Mencegah atau memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis) bahan pangan
- Mencegah kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan termasuk serangan hama
- Mencegah atau memperlambat kerusakan mikrobial. Bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet juga diharapkan dapat mengganggu kondisi optimal pertumbuhan mikroba. Ditinjau secara kimiawi, pertumbuhan mikroba yang paling rawan adalah keseimbangan elektrolit pada sistem metabolismenya.Karena itu bahan kimia yang digunakan untuk antimikroba yang efektif biasanya digunakan asam-asam organik.
Cara
yang dapat ditempuh untuk mencegah atau memperlambat kerusakan mikrobial
adalah:
- mencegah masuknya mikroorganisme (bekerja dengan aseptis)
- mengeluarkan mikroorganisme, misalnya dengan proses filtrasi
- menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme, misalnya dengan penggunaan suhu rendah, pengeringan, penggunaan kondisi anaerobik atau penggunaan pengawet kimia
- membunuh mikroorganisme, misalnya dengan sterilisasi atau radiasi.
E. ROSEMERY
Rosemary (Rosmarinus officinalis)
merupakan sebuah tanaman yang tahan penyakit dan hama, yang
dapat ditumbuhkan melalui pencangkokan. Teh rosemary dapat membantu mengatasi
masalah reumatik dan gejala flu. Tanaman ini biasanya cocok digunakan sebagai
teh maupun bahan makanan. Tanaman ini banyak mengandung kalsium, zat besi, dan Vitamin B6.
Tanaman
ini menebar aroma wangi, sekaligus mengacaukan penciuman dan daya efektivitas
“radar” sang nyamuk. Bunganya kecil-kecil warna ungu, daun berbentuk jarum tapi
lembut, panjang sekitar 2-2,5 cm.
Para
herbalis menggunakan daun rosemary untuk pengobatan alternatif yang mengandung
zat-zat antispasmodic dan membantu mengendurkan otot-otot pencernaan, serta
digunakan untuk merawat otot-otot yang sakit. Rosemary juga diyakini dapat
merangsang sistem pernapasan dan syaraf berfungsi sebagai antidepressant.
Selain itu, rosemary juga mengandung zat-zat antibakteri dan antijamur.
Untuk
bumbu rosemary banyak digunakan sebagai bumbu hidangan
bakar/panggang/BBQ.
Aroma yang tajam dari bumbu ini menjadikan rosemary hanya digunakan beberapa lembar saja di setiap masakan. Aroma prengus daging kambing panggang atau amis ikan akan berkurang jika Anda menambahkan bumbu ini. Ayam/bebek panggang dan kentang panggang juga akan lebih nikmat jika diberi taburan rosemary.
Aroma yang tajam dari bumbu ini menjadikan rosemary hanya digunakan beberapa lembar saja di setiap masakan. Aroma prengus daging kambing panggang atau amis ikan akan berkurang jika Anda menambahkan bumbu ini. Ayam/bebek panggang dan kentang panggang juga akan lebih nikmat jika diberi taburan rosemary.
F.
ROSEMERY SEBAGAI SEBAGA PENGAWET ALAMI
Berawal dari sebuah pabrik rumah tangga biasa
yang telah tumbuh di Pegunungan Alpen sejak Abad Pertengahan, rosemary sekarang
banyak dibudidayakan di bagian lain dunia juga.. Ekstrak rosemary dipakai untuk
beragam kebutuhan, salah satunya adalah untuk mengawetkan makanan.
Ekstrak rosemary didapatkan melalui proses distilasi daunnya. Manfaat lain dari
ekstrak rosemary adalah untuk mencegah oksidasi makanan. Selain itu bahan ini
juga mengandung antioksidan tinggi sehingga baik untuk kesehatan. Makanan yang
diberikan ekstrak rosemary tidak hanya awet secara rasa, namun juga tampilan.
Ekstrak rosemary mampu mempertahankan warna makanan dalam kurun waktu
yang cukup lama.
Ekstrak
Rosemary:
ekstrak daun Rosemary , juga dikenal sebagai rosemary oleoresin,
telah digunakan sebagai
pengawet
makanan alami sejak lama. Digunakan secara tradisional karena aroma dan
rasanya yang baik . Rosemary ekstrak bersala dari proses distilasi daun
rosemary. Mereka juga memiliki antioksidan yang kuat yang mencegah
oksidasi turunan makanan, sehingga warna dan rasa dari makanan tetap
terjaga. Karakteristik antioksidan ini akibat adanya senyawa alami seperti
diterpenes fenolik, carnosol, asam carnosic dan asam rosmarinic.
Meskipun banyak
pengawet makanan buatan yang tersedia di pasar, pengawet ini merupakan
bahan kimia yang harus dihindari sejauh mungkin. Saat ini masih banyak
beredar pengawet buatan tanpa melalui proses analisa dan pengujian yang
tepat. Ada juga pengawet buatan yang dianggap aman tetapi jika diamati
masih terdapat beberapa racun dan karsinogen yang ditemukan di
dalamnya. Oleh karena itu supaya aman, lebih baik gunakan hanya pengawet
alami dan pengawet kimia yang dianjurkan.